Uji Klinis

Sistem imun merupakan hal yang rumit sekaligus menakjubkan. Beruntunglah, Sang Pencipta memberikan bayi suatu pertolongan. Kita sadar betapa pentingnya pemberian ASI (Air Susu Ibu) bagi kemampuan sistem imun. Dalam kondisi dunia yang semakin bahaya, kita diserang oleh berbagai agen penyebab penyakit (patogen). Sistem imun kita pun mengalami perubahan tidak menentu. Transfer Factor (TF), faktor imun utama pada kolostrum, dapat menjadi senjata utama tubuh kita menangkal pathogen. Transfer Factor melatih dan mendidik secara terus menerus sistem imun.
H.S. Lawrence menemukan transfer factor pada tahun 1949, ketika ia berhadapan dengan masalah penyakit tuberculosis (TBC). Apa yang ia coba temukan adalah keberadaan komponen darah yang dapat membawa sensitivitas tubercular dari seseorang yang telah sembuh dari TBC ke orang yang belum terkena. Transfusi darah secara keseluruhan dapat dilakukan, tapi hanya pada orang yang mempunyai golongan darah sama. Lawrence pada awalnya memisahkan sel-sel imun darah, sel limfosit atau sel darah putih, dari seluruh komponen darah. Kemudian ia memecah limfosit menjadi beberapa ukuran fraksi. Apa yang ia temukan adalah molekul fraksi terkecil yang dapat mentransfer sensitivitas tuberculin pada pasien sehat lain. Molekul inilah yang ia namakan transfer factor.
Transfer factors adalah molekul kecil berukuran 3,500-6,000 kDa berat molekul, terdiri dari oligoribonucleotides yang melekat pada molekul peptida. Dahulu, molekul ini hanya didapat dari proses dialisa (pemecahan) sel darah putih, tapi sekarang dapat disarikan dari bovine colostrum. Mereka diproduksi oleh sel limfosit-T dan dapat mentransfer kemampuan untuk mengenal pathogen kepada sel yang belum pernah kontak dengan pathogen tersebut (fungsi memori). Mereka juga memperkuat kemampuan sistem imun untuk bereaksi (fungsi inducer/perangsang) terhadap pathogen. Transfer factor memungkinkan sel-T lebih mengenal terhadap pathogen. Di sisi lain, Transfer Factor bisa bertindak sebagai produk gen yang membantu sel-T lain menyerang. (1)
Fungsi perangsangan/inducer transfer factor menghubungkan sel-sel imun berikatan dengan antigen, sehingga meningkatkan reaksi stimulus terhadap antigen. Fungsi supresi menahan reaksi berlebihan sel-T(2) dan memberi tanda pada sel untuk menurunkan respon imunnya. Hal ini penting untuk mencegah terjadinya alergi atau kondisi autoimmune.
Peranan sel TH1, TH2
Sebelum kita mengerti kegunaan/fungsi transfer factor, sangat penting bila kita mengerti dulu tentang paradigma sel TH1 helper/TH2 helper. Sel limfosit T-helper berkembang menjadi 2 jenis sel. Sel TH1, mengatur imunitas seluler (cell-mediated immune), memproduksi: cytokines: IL-2, IFN-gamma, and TNF-alpha. Sel TH2 cells, mengatur imunitas humoral, atau produksi antibody, memproduksi: IL-4, IL-5, IL-6, IL-10, dan IL-13. Jika anda telah mengerti dan familiar dengan keadaan fenotip dominan TH1/TH2 pada seseorang, anda dapat lebih mudah mengidentifikasi kondisi tubuh atau kondisi penyakit pada orang tersebut dan membuat terapi yang tepat.
Respon sel imun seluler atau sel-TH1 helper sangat penting terhadap kemampuan tubuh untuk mempertahankan diri terhadap berbagai serangan virus, jamur, parasit, kanker, dan organisme intraselular. Imunitas seluler dapat dites dengan:
  1. Skin tests-delayed hypersensitivity skin testing
  2. Response to non-specific mitogens, such as phytohemagglutinin (PHA), concavalina, or pokeweed mitogens
  3. Response to specific mitogens, such as diptheria, tetanus, or candida
  4. Response to alloantigens-mixed  lymphocyte reaction
  5. T-cell subsets
  6. IL-2R
  7. NK cell level
  8. NK cell activity
  9. IL1 assay
  10. IL2 and interferon gamma, and other cytokines
Jika seseorang berada pada kondisi dominant-TH2, dimana terjadi penurunan imunitas selular dan penguatan imunitas humoral, maka kondisi yang akan terjadi adalah:
  1. Allergies
  2. Chronic sinusitis
  3. Atopic eczema
  4. Asthma
  5. Systemic autoimmune conditions such as lupus erythematosus and mercury-induced autoimmunity
  6. Vacctination-induced state
  7. Certain cases of autism
  8. Hyperinsulinism
  9. Pertussis vaccination
  10. Malaria
  11. Helminth infection
  12. Hepatitis C
  13. Chronic glardlasis
  14. Hypercortisolism
  15. Chronic candidiasis
  16. Cancer
  17. Viral infections
  18. Ulcerative colitis
Jika seseorang berada pada kondisi dominant-TH1, kondisi yang timbul adalah:
  1. Diabetes type 1
  2. Multiple sclerosis
  3. Rheumatoid arthritis
  4. Uveitis
  5. Crohn’s disease
  6. Hashimoto’s disease
  7. Sjogren’s syndrome
  8. Psoriasis
  9. Sarcoidosis
  10. Chronic Lyme disease
  11. H. Pylori infections
  12. E. histolytica

0 komentar:

Posting Komentar